pesan

weLcome to the zone of princess moed marmoeddh 

Link ke Blog tikxi 











































Kamis, 11 November 2010

monster iNc ..


Monster Inc
Industri Pengolah Takut

Jakarta, 9 Desember 2001 00:32
HELIKOPTER Children Detector Agency (CDA) warna kuning berputar-putar di atas kota Monstropolis, yang aliran listriknya sengaja dimatikan. Helikopter itu menyorotkan lampu ke segala arah, menelisik gerak-gerik mencurigakan anak manusia di antara gedung-gedung pencakar langit itu. Tapi, tiba-tiba sebuah kamar apartemen terang benderang karena rengekan Boo.

Boo, gadis tiga tahun pemberani itu, tak terima boneka beruangnya direnggut. Penghuni apartemen itu, monster beruang James P. Sullivan alias Sulley, dan Mike Wazowski, panik. Tapi, Mike, monster hijau bermata satu, tetap tak rela boneka kesayangannya dimainkan anak manusia. Tangis balita cerewet itu pun pecah. Kekuatannya meledakkan bola-bola lampu di kamar itu.

Untunglah, kekacauan itu tak terpantau CDA, yang memang sedang mencari Boo. Mereka percaya, anak manusia adalah makhluk beracun. Kontak langsung monster dengan anak manusia adalah bencana besar. Sampai-sampai, mainan hingga kaus kaki anak yang tak sengaja terbawa ke dunia monster pun harus dimusnahkan kelompok monster kuning yang mirip tim penjinak bom itu.

Bagi para monster, pekik ketakutan anak-anak adalah sumber energi, layaknya energi nuklir bagi manusia. Tetapi, Henry J. Waternoose, Direktur Monsters, Inc., sedang dilanda bingung. Perusahaan pengolah teriakan anak-anak terbesar itu sedang dihadapkan pada krisis energi. Soalnya, kini anak-anak sudah tidak takut lagi pada monster.

Monsters, Inc. pun menggiatkan produksinya. Di Lantai Kengerian, tempat produksi Monsters, Inc. yang menyerupai arena boling itu, portal-portal besi berderet. Di atasnya terdapat rel mirip roller coaster, yang menggantung pintu-pintu kloset. Pintu-pintu ini akan diturunkan mengisi portal satu per satu.

Pintu-pintu itu berfungsi sebagai gerbang monster untuk memasuki dunia manusia. Setiap pintu dihubungkan dengan kamar anak-anak. Di dunia manusia, pintu itu sebenarnya gerbang menuju kloset. Pada malam hari, ketika anak-anak baru menutupkan kelopak matanya, para monster tinggal membuka pintu tadi.

Setelah itu, mereka menunjukkan ekspresi paling mengerikan untuk mengumpulkan teriakan. Para monster itu melakukannya begitu saja sebagai pekerjaan, tanpa maksud pribadi. Sulley, monster bertanduk dan berbulu biru kehijauan bintik ungu, adalah pengumpul teriakan tertinggi. Keberhasilannya didukung Mike, asisten sekaligus teman sekamarnya.

Setiap hari, Mike melatih fisik dan akting Sulley untuk menghasilkan ekspresi monster paling mengerikan. Sayangnya, Mike sering lalai mengurus administrasi. Pada suatu malam, ketika hendak berkencan dengan Celia, resepsionis di Monsters, Inc., Mike lupa menaruh catatan kerjanya. Sulley terpaksa menggantikan sahabatnya itu menaruh catatan di Lantai Kengerian.

Tapi, monster berhati lembut itu kaget begitu sampai di sana. Di lantai yang seharusnya kosong itu tertancap pintu bercat kesumba bayi dalam portal. Dari jauh, Sulley melihat pesaingnya, monster kadal tembus pandang, Randall, mendorong tabung-tabung energi ke luar ruangan. Merasa penasaran, Sulley membuka pintu portal dan melongokkan kepalanya ke dalam kamar.

Seorang anak tiba-tiba berteriak girang. ''Teddy!'' panggil balita berkuncir itu. Sulley kaget. Cepat-cepat ia menutup pintu. Tapi, tiba-tiba ia mendengar tawa renyah gadis cilik di belakangnya. Ternyata, Boo, balita berkaus merah itu, sudah berada di Lantai Kengerian. Ia memainkan ekor Sulley yang mirip ekor buaya. Sulley bergegas mengembalikan Boo ke kamarnya.

Celakanya, Randall memasuki Lantai Kengerian. Meski Randall cuma melintas, Sulley tetap panik. Di dalam kamar Boo, monster setinggi delapan kaki itu malah terjerat mainan bayi yang tergantung di atap. Ia cepat-cepat berlari menyembunyikan benda terlarang bagi monster itu. Sialnya, tanpa ia sadari, Boo berpegangan pada bulu punggungnya. Inilah awal semua kehebohan itu.

Monsters, Inc. merupakan karya kolaborasi keempat Walt Disney dengan Studio Film Animasi Pixar, setelah Toy Story, A Bug's Life, dan Toy Story 2. Film imajinatif yang dipersiapkan lebih dari empat tahun ini menyuguhkan hasil studio teknologi animasi komputer paling maju dan canggih. Seluruh jalan ceritanya didominasi monster raksasa berbulu dan gadis cilik berkaus merah.

Penggambaran nyata bulu dan kaus merah itulah yang menjadi tantangan Pixar. Dalam Toy Story 2, pakaian manusia melekat pada tubuhnya. Sehingga perubahan bentuknya mengikuti gerakan tubuh. Tapi, dalam Monsters, Inc., pakaian bergerak terpisah, sehingga tampak lebih wajar. ''Ketika seni dan ilmu pengetahuan bertemu di Pixar, seni menang mutlak,'' ujar Thomas Porter, Direktur Penyelia Teknik Monsters, Inc.

Karena itu, mereka menciptakan sistem dinamik baru yang menggunakan program yang disebut ''FITZT''. Sistem ini berguna untuk memahami keadaan fisik di setiap situasi, serta menirukan gerakan rambut dan pakaian. Jadi, setiap animator hanya berkonsentrasi pada penampilan mereka. Ia tak perlu cemas terhadap gerakan bulu dan pakaian.

Dengan cara ini, ia cukup menggerakkan versi Sulley dan binatang lain, yang sekujur tubuhnya botak. Animasi Boo juga dibuat lebih dulu. Pakaiannya ditambahkan kemudian oleh tim teknik. Lihat saja hasil terobosan itu. Bayangan, kepadatan, kilatan, dan konsistensi gerakan setiap helai rambut dan bulu itu menyerupai aslinya.

Secara keseluruhan, visualisasinya mampu bercerita, meskipun hanya dengan pantomim kasar tanpa akting. Misalnya ketika menggambarkan Lantai Kengerian. Di akhir sekuen, penonton paham segala sesuatu tentang pabrik: karyawannya, pekerjaannya, dan cara kerjanya. Tokoh-tokohnya pun mampu menampilkan kelucuan.

Contohnya ketika monster berbentuk jelly terjebak ke dalam lubang saluran air pada saat berjalan di trotoar. Atau, monster berlendir petugas kebersihan yang sebenarnya sibuk membersihkan lendirnya. Tak hanya lucu, film ini juga kaya dengan emosi. Tokoh-tokohnya dihidupkan oleh dialog para pengisi suara.

Mereka adalah John Goodman (Sulley), Billy Crystal (Mike), dan James Coburn (Waternoose). Mary Gibbs, 5 tahun, berhasil menjadikan Boo tokoh kunci dalam film ini. Film yang diset di kota industri, tempat berbagai bentuk dan ukuran monster menetap, ini menarik sebagai hiburan keluarga menjelang Lebaran.
Rita Triana Budiarti
[FILM, Gatra Nomor 04 Beredar Jumat, 7 Desember 2001]

Pete Docter (Sutradara)

DOCTER tertarik pada animasi sejak berusia delapan tahun. Menjelang dewasa, ia mempelajari karakter animasi di California Institute of Art, Valencia. Di sana ia memproduksi beberapa film, seperti Winter dan Palm Spring. Ia juga berhasil meraih Student Academy Award untuk Next Door.

Ayah dua anak yang tak bisa melepaskan animasi komputer ini bergabung dengan Pixar pada 1990. Sebelum bergabung
di sana, Docter pernah terlibat dalam pembuatan gambar animasi untuk Disney, Bob Rogers and Company, Bajus-Jones Film Corp, dan Reelworks di Minneapolis.

John Goodman (James P. Sullivan)

SARJANA seni murni lulusan Southwest Missouri State University ini mulanya adalah pemain sepak bola. Ia belajar drama setelah karier lapangan hijaunya kandas akibat cedera lutut. Tahun lalu, ia mengisi suara Pacha, dalam film animasi Disney, The Emperor's New Groove.

Pada 1992, ia menjadi nominator Golden Globe untuk perannya dalam Barton Fink. Ia juga berulang kali menjadi nominator Golden Globe dalam berbagai perannya di televisi. Selama delapan musim, Goodman memainkan Dan Corner dalam komedi situasi Roseanne

Tidak ada komentar:

Posting Komentar